Kebangkitan Nasional, Bangkitkah atau Jatuhkah?

Sudah menonton acara perayaan kebangkitan nasional yang disiarkan di selurh stasiun TV Indonesia? Bila tidak, banyak yang akan berteriak, ”Rugi kamu!!”. Ada benarnya juga, perhelatan akbar yang dilaksanakan lebih dari 1000 orang yang

membentuk formasi-formasi luar biasa nan memukau memang patut diacungi jempol, tak dapat dilewatkan.
Namun pada dasarnya yang kita bahas sekarang adalah makna kebangkitan nasional itu sendiri. Dua kata yang amat berat bila didalami secara benar bagi seluruh bangsa Indonesia.
Bangkit, sudahkah kita bangkit? Oh, banyak sekali yang akan berkata “Belum”, atau bahkan “Tidak tahu,”. Mari kita ambil contoh kecil, korupsi. Baiklah, mungkin ini bukan salah satu contoh kecil, namun besar, luar biasa, gigantisme, supermassive, sebuah tradisi Indonesia yang tidak bisa lekang dimakan zaman. Mungkin terlalu berlebihan, tapi korupsi sangat cocok dengan deskripsi tadi. Menyedihkan bila kita bahas berkelanjutan, cukup anda yang menelusurinya sendiri, saya cukup menghela nafas.
Apalagi tentang penggundulan hutan, yang disalahkan Indonesia, ah.... malangnya Indonesia.
Kebangkitan nasional itu bangkit, bangkit dari keterpurukan yang terdalam, namun amat sulit, walaupun sudah 100 tahun menjalaninya. 100 tahun, bayangkan, satu abad kita masih tertidur, belum bangkit, terhenyak di lembutnya selimut kegelapan.
Ah, tidak enak rasanya sedari tadi menjelek-jelekkan. Walaupun kenyataannya begitu. Pada dasarnya, marilah kita bangkit, bangkitlah dari kerentaan, bangkitlah dari jajahan kebodohan! Rasakan euforia semangat yang mengalir di bumi pertiwi, dielu-elukan seluruh bangsa, menggelegak di setiap nurani. Bangkitlah! Nyatakan kejujuran dan sampaikan kemenangan, sunggingkan senyum di wajah ibu pertiwi, nyatakan!! Nyatakan bangkit Indonesiaku!!